Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Kisah naratif dan informatif Mantan Pekerja Bergaji 20 Ribu Digugat Perusahaan Rp120 Juta, Bernama Tita Delima

 


Tita Delima tidak pernah menyangka, langkah kecilnya untuk berhenti kerja justru membawanya ke dalam pusaran masalah besar. Dari gaji harian hanya 20 ribu rupiah, kini ia harus menghadapi gugatan dari mantan tempat kerjanya sebesar Rp120 juta.


Awal Kisah  Demi Bertahan Hidup
Tita adalah perempuan berusia 28 tahun asal Jawa Barat, bekerja di sebuah perusahaan manufaktur kecil di pinggiran kota. Ia diterima sebagai pekerja lepas dengan sistem harian, tanpa kontrak resmi. Gajinya? Hanya Rp. 20.000 per hari, tanpa tunjangan, tanpa jaminan "Awalnya saya terima saja, karena susah cari kerja waktu itu,” ujar Tita. selama bekerja, Tita mengaku sering lembur, bahkan disuruh melakukan pekerjaan di luar deskripsi awal. Namun, ia bertahan karena sangat membutuhkan uang untuk membantu orang tua dan adiknya yang masih sekolah.

Keputusan Keluar yang Berujung Masalah
Setelah enam bulan bekerja, kondisi Tita makin tertekan. Gaji sering telat, komunikasi dengan atasan pun memburuk. Puncaknya, ia memutuskan berhenti karena merasa tidak dihargai sebagai pekerja. namun, dua minggu setelah keluar, Tita menerima surat panggilan dari pengadilan. Ia digugat oleh mantan perusahaannya atas tuduhan membocorkan rahasia perusahaan dan melanggar kesepakatan kerja. Nilai gugatan: Rp. 120.000.000. "apa yang mau saya bocorkan? Saya bahkan tidak pernah tanda tangan kontrak,” kata Tita sambil menangis.

Tidak Punya Kuasa Hukum
Tita tidak punya pengacara. Ia hanya dibantu oleh teman-teman dan organisasi buruh lokal yang merasa kasus ini tidak masuk akal. Menurut mereka, perusahaan hanya ingin menakut-nakuti agar mantan pekerja tidak berani bersuara tentang perlakuan tidak adil di tempat kerja. organisasi buruh itu menemukan bahwa tidak ada dokumen resmi yang menunjukkan Tita pernah menandatangani perjanjian non-disclosure (rahasia perusahaan), apalagi kontrak kerja yang bisa menjadi dasar gugatan.

Reaksi Publik dan Media
Kisah Tita viral di media sosial setelah seorang aktivis mengunggah cerita ini di akun X (Twitter). Ribuan komentar simpati membanjiri unggahan tersebut. Banyak yang mempertanyakan bagaimana seseorang dengan gaji harian Rp. 20.000 bisa sampai digugat ratusan juta.
Ini jelas bentuk ketimpangan kekuasaan,” tulis salah satu komentar.

Akhir yang Masih Menggantung
Hingga kini, proses hukum masih berjalan. Tita tetap datang ke persidangan, walau harus pinjam ongkos. Ia berharap keadilan akan berpihak padanya, dan tidak ada lagi pekerja kecil yang dipermainkan oleh sistem. Saya cuma ingin kerja dengan layak. Salah saya apa?” ujarnya lirih.

Penutup :

Kisah Tita Delima adalah potret nyata bagaimana ketimpangan dalam dunia kerja bisa menyudutkan mereka yang paling lemah. Semoga kasus ini membuka mata banyak pihak, bahwa keadilan tidak boleh hanya berpihak pada mereka yang berduit dan berkuasa.

Komentar