Baru baru ini, seorang turis asal Australia yang berkunjung ke Aokigahara. Hutan di Jepang yang dikenal dengan reputasi tragis, mengunggah video dirinya meminum air sesajen (persembahan) yang diletakkan di hutan tersebut. Tindakannya memicu kecaman luas dari masyarakat Jepang. Aokigahara bukan hutan biasa karena hutan ini secara historis dan fakta dikenal sebagai “hutan bunuh diri”. Banyak orang yang kehilangan nyawa di sana, sehingga hutan ini punya konotasi mistis, tragedi, dan duka. Aksi turis itu dianggap sangat tidak hormat terhadap memori orang orang yang pernah meninggal di sana, karena dia “mengganggu” sesuatu yang dianggap suci: sesajen atau persembahan untuk korban. Dari kejadian ini intinya apa yang tampak seperti “coba-coba iseng” atau “konten untuk sensasi” bisa membawa dampak psikologis, emosional, dan sosial yang dalam terutama di tempat dengan latar tragedi dan kesakralan.
Mengapa kita harus berhati hati dari risiko dari menyentuh atau minum sesajen di hutan
Berikut beberapa alasan kuat secara budaya, moral, maupun keamanan psikologis. Untuk menjauh dari tindakan seperti :
Tidak menghormati korban dan memori tempat
Banyak hutan (atau tempat keramat atau bersejarah) punya sejarah tragis meninggal, bunuh diri, atau tragedi lain. Persembahan atau sesajen biasanya dibuat sebagai penghormatan atau untuk roh, bukan untuk dijamah atau dikonsumsi. Mengganggu sesajen sama dengan mengabaikan rasa hormat dan empati.
Dampak psikologis dan sosial
Mengambil, meminum, atau memprovokasi tindakan terhadap sesajen untuk sensasi bisa memicu kemarahan, kecaman, trauma bagi masyarakat lokal dan keturunan korban, serta reputasi negatif bagi pelaku.
Risiko moral dan etika
Tindakan semacam itu bisa dipandang sebagai pelecehan spiritual atau kultural, terutama di masyarakat yang sangat menghargai leluhur, adat, dan kepercayaan tradisional.
Bahaya “wisata gelap” sensasionalisme
Hutan atau lokasi dengan cerita kematian sering menarik orang bukan karena alamnya, melainkan karena sensasi tragis atau horor, bisa memicu perilaku tak peka, voyeurisme, bahkan mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain.
Pesan bagi siapa pun yang ingin menjelajah hutan(tempat “mistis” atau bersejarah)
Kalau kamu atau teman teman berniat pergi ke hutan (di mana pun) terutama yang punya sejarah atau cerita misterius ada baiknya:
Hargai anggap setiap tempat sebagai “rumah” bagi alam, korban masa lalu, dan ingatan orang lain. Jangan ganggu sesajen, makam, atau benda spiritual atau persembahan,
Waspada terhadap “tantangan” atau ajakan iseng atau bar bar, baik dari teman, influencer, atau media sosial yang bisa membawa efek buruk,
Pahami bahwa bukan semua hal itu untuk hiburan: ada unsur duka, kehilangan, dan kepekaan budaya.
Hindari membuat konten video, foto, cerita yang bisa mengeksploitasi penderitaan orang lain.
Kesimpulan dari kisah ini kenapa harus jadi pelajaran
Kisah turis di Aokigahara adalah jadi pelajaran nyata bagaimana ketidaktahuan, ketidakpekaan, atau niat sensasi bisa berubah jadi blunder besar menyakiti orang lain, melanggar etika budaya, dan bahkan menimbulkan trauma. Kalau kita berniat menjelajah alam. Baik hutan, gunung, situs bersejarah, atau tempat dengan nilai sakral. Sebaiknya dibarengi dengan kesadaran, penghormatan, dan empati. Jangan jadikan rasa penasaran atau sensasi sebagai alasan melanggengkan tindakan tak hormat terhadap alam dan manusia.
Komentar
Posting Komentar