Korban Paling Rentan dari Krisis Iklim Adalah Anak Anak Indonesia
menurut laporan UNICEF, Indonesia termasuk di antara negara negara dengan risiko tertinggi bagi anak anak terhadap dampak perubahan iklim. Dalam indeks global Children’s Climate Risk Index (CCRI), Indonesia berada di peringkat ke 46 dari 163 negara artinya anak anak Indonesia masuk sepertiga teratas dunia yang paling berisiko. Risiko tersebut meliputi paparan terhadap banjir (termasuk banjir rob dan banjir sungai), polusi udara, penyakit yang ditularkan vektor (seperti demam berdarah atau malaria), serta dampak degradasi lingkungan. UNICEF menegaskan bahwa krisis iklim bukan hanya tentang cuaca atau lingkungan tetapi krisis terhadap hak anak: hak mereka atas kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan masa depan.
Dampak Krisis Iklim Pada Anak Dari Banjir, Longsor, dan Ancaman Kesehatan
perubahan iklim membawa dua jenis ancaman besar bagi anak anak di Indonesia seperti :
Bencana ekstrem dari banjir dan longsor
curah hujan ekstrem, naiknya permukaan air laut, degradasi hutan. Dan perubahan pola cuaca membuat frekuensi dan intensitas banjir serta longsor meningkat. Banjir dan longsor bukan hanya merusak rumah dan infrastruktur, banyak sekolah rusak atau jadi tempat pengungsian, sehingga pendidikan anak terganggu. Anak anak juga menghadapi bahaya langsung terhadap keselamatan dari cedera, trauma, atau bahkan kematian. Terutama di daerah miskin dan rawan bencana.
Risiko kesehatan, nutrisi, dan akses dasar
banjir dan perubahan lingkungan bisa merusak akses air bersih dan sanitasi meningkatkan risiko penyakit air seperti diare, atau penyakit yang ditularkan vektor. Krisis iklim dapat memperparah malnutrisi dan ketahanan pangan rendah, anak anak dari keluarga miskin paling terpukul. Selain itu, polusi udara dan degradasi lingkungan juga meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan gangguan kesehatan jangka panjang.
Krisis Iklim Merupakan Krisis Hak Anak Dari Peringatan dari UNICEF
UNICEF menyatakan bahwa krisis iklim adalah “krisis hak anak". Menurut lembaga ini misalkan :
banyak layanan sosial dasar, seperti kesehatan, pendidikan, air & sanitasi, perlindungan anak. Belum sepenuhnya siap menangani dampak perubahan iklim.
Anak anak dan remaja jarang dilibatkan dalam perencanaan kebijakan terkait iklim, padahal mereka adalah pihak terpenting yang terdampak.
Untuk mengatasi hal ini diperlukan kolaborasi lintas sektor dari pemerintah, masyarakat, organisasi sipil, termasuk memberi ruang bagi suara anak-anak dalam perumusan kebijakan adaptasi iklim.
Mengapa Isu Ini Kini Viral dan Mendesak Perhatian Publik
baru baru ini, berita bencana atau banjir bandang dan longsor, dari berbagai daerah di Indonesia banyak memengaruhi anak-anak, sehingga menarik perhatian media dan masyarakat luas. Krisis iklim tidak lagi sebatas soal cuaca, tetapi telah menjadi masalah struktural yang memengaruhi aspek terpenting dalam kehidupan anak: kesehatan, pendidikan, keamanan, dan masa depan. Tekanan publik meningkat karena semakin banyak orang melihat bahwa dampak ini bukan hanya “alam” atau “bencana alam”, melainkan akibat kebijakan lingkungan, deforestasi, dan kurangnya kesiapan infrastruktur serta layanan sosial. Karena itu banyak pihak mendesak agar krisis iklim diperlakukan sebagai krisis hak asasi manusia, terutama hak anak. Supaya mitigasi dan adaptasinya serius, melibatkan anak anak, dan berdasarkan keadilan sosial.
Apa yang Bisa Dilakukan Sekarang
Pemerintah Dan Pembuat kebijakan perlu memasukkan perspektif anak dalam setiap kebijakan iklim, lingkungan, dan pembangunan. Mulai dari mitigasi emisi hingga adaptasi infrastruktur dan layanan dasar.
Penguatan layanan sosial
akses air bersih, sanitasi, layanan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak harus dipersiapkan agar tahan terhadap bencana iklim.
Partisipasi anak dan remaja
Ruang bagi mereka untuk bersuara dan ambil bagian dalam kebijakan iklim perlu difasilitasi, agar mereka bisa menjadi agen perubahan.
Pendidikan dan kesadaran publik
masyarakat luas perlu memahami bahwa krisis iklim berdampak nyata pada anak, agar ada dukungan kolektif untuk tindakan pro lingkungan dan pro anak.
Komentar
Posting Komentar