Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Study Dari Amerika Serikat Telah Mengungkapkan "Bahwa Golongan Darah Bisa Rentang Penyakit Jantung, Ini Penjelasan Studynya"

 


Golongan darah (seperti A, B, AB, O) selama ini lebih dikenal dalam konteks transfusi darah, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa golongan darah juga mungkin terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah). Artikel ini memaparkan apa yang telah ditemukan hingga saat ini.

Temuan Utama Studi

Sebuah studi gabungan dari dua kohort besar di AS menemukan bahwa dibandingkan dengan golongan darah O, golongan darah A, B, dan AB memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung koroner (Penyakit Jantung Koroner Dan CHD). 

Golongan darah A: ~ 6 % lebih tinggi risiko dibanding O. 

Golongan darah B: ~ 15 % lebih tinggi risiko. 

Golongan darah AB: ~ 23 % lebih tinggi risiko. 

Dalam analisis meta: kelompok non O memiliki relative risk ~ 1,11 (yaitu ~11 % lebih tinggi) dibanding O. 

Studi di Eropa (analisis 1,3 juta orang) menemukan bahwa individu dengan golongan darah selain O memiliki risiko penyakit kardiovaskular sekitar 9 % lebih tinggi dibanding golongan O. 

Studi lainnya mengamati bahwa pada pasien dengan fibrilasi atrium non-valvular, golongan darah ABO juga terkait dengan risiko trombosis, yang merupakan salah satu mekanisme penyakit jantung/pembuluh darah.

Studi dari Iran mengaitkan golongan darah (non O) dengan peningkatan risiko kematian terutama karena penyakit kardiovaskular (iskemik jantung, stroke) pada populasi > 40 tahun. 

Dengan demikian, secara umum: golongan darah O tampak memiliki risiko sedikit lebih rendah untuk penyakit jantung dibanding golongan darah lainnya (A, B, AB). Namun, “sedikit lebih rendah” di sini artinya kenaikan risiko pada golongan non O relatif moderat.

Mekanisme yang Diduga

Mengapa golongan darah bisa berhubungan dengan risiko penyakit jantung? Beberapa hipotesis yang diajukan :

Perbedaan dalam faktor pembekuan darah

golongan darah non O lebih sering dikaitkan dengan kadar faktor von Willebrand atau faktor lainnya yang mempengaruhi trombosis (penggumpalan) dibanding golongan O. (Meski penelitian spesifiknya masih berkembang)

Peradangan dan fungsi endotelium (lapisan pembuluh darah)

golongan AB misalnya dikaitkan dengan marker peradangan yang sedikit lebih tinggi dalam beberapa studi. 

Profil lipid (kolesterol dan darah) yang sedikit berbeda

beberapa hasil menunjukkan golongan darah A terkait dengan kadar LDL (“kolesterol jahat”) yang sedikit lebih tinggi. 

Hubungan genetik

karena golongan darah ditentukan secara genetik, ada dugaan bahwa gen-yang terkait dengan sistem ABO mungkin berhubungan dengan jalur metabolik kardiovaskular (misalnya glikoprotein dinding sel darah merah atau faktor lainnya) yang belum sepenuhnya dipahami. 

Namun perlu ditegaskan bahwa mekanisme-ini belum definitif, masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Apa Artinya Untuk Kalian?

Mengetahui golongan darah Anda bisa memberikan tambahan informasi risiko. Namun bukan berarti jika Anda bergolongan darah non O maka Anda pasti akan terkena penyakit jantung, atau jika O maka Anda “aman”.

Karena kenaikan risiko pada golongan non-O relatif kecil (misalnya ~5–15 %), faktor risiko lain seperti merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, gaya hidup tetap jauh lebih besar pengaruhnya.

Untuk orang yang bergolongan darah non-O (A, B, AB), ini bisa menjadi motivasi tambahan untuk lebih memperhatikan gaya hidup dan pengendalian faktor risiko (diet, olahraga, cek rutin), bukan pengganti pemeriksaan medis rutin.

Bagi tenaga medis golongan darah bisa dianggap sebagai salah satu faktor (non-modifiable) dalam penilaian risiko, namun tidak menggantikan faktor risiko klasik.

Batasan Penting Studi

Hubungan yang ditemukan adalah asosiasi, bukan pembuktian sebab akibat. Kita belum tahu dengan pasti bahwa golongan darah menyebabkan penyakit jantung lebih tinggi, hanya bahwa keduanya berkorelasi.

Efeknya moderat meskipun statistik menunjukkan peningkatan risiko, dalam praktiknya perbedaan absolut (jumlah kasus per 1 000 orang) relatif kecil. Misalnya satu studi menyebutkan ~14 per 1.000 untuk golongan O vs ~15 per 1.000 untuk non O. Kompas

Studi umumnya dilakukan di populasi Barat (AS, Eropa) atau populasi tertentu; mungkin hasil berbeda di populasi Asia Atau Tropis Dan Indonesia.

Golongan darah hanya satu dari banyak faktor risiko. Faktor gaya hidup, lingkungan, genetik lainnya jauh lebih menentukan.

Belum banyak penelitian intervensi yang menunjukkan bahwa mengetahui golongan darah lalu mengubah hasil secara nyata.

Kesimpulan

Ada bukti bahwa golongan darah selain O (yaitu A, B, AB) berhubungan dengan sedikit peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskular dibanding golongan darah O.

Meskipun demikian, peningkatan risikonya tidak besar dan tidaklah sebagai faktor dominan, gaya hidup dan faktor medis lainnya tetap jauh lebih penting.

Mengetahui golongan darah bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam mengelola kesehatan jantung, tetapi bukan pengganti dari pengukuran dan pengendalian faktor risiko klasik.


Komentar