Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Pengguna WhatsApp Harus "Waspada!!! Telah Bocornya 3,5 Miliar Nomor WhatsApp Gara Gara Celah Keamanan yang Mengejutkan"

 


Awal Mulanya

Baru baru ini sekelompok peneliti keamanan dari Universitas Wina (Vienna) dan SBA Research mengungkap celah serius di WhatsApp yang memungkinkan “enumerasi” massal nomor telepon penggunanya yaitu, memeriksa satu per satu nomor telepon dalam jumlah besar untuk melihat mana yang terdaftar di WhatsApp. Mereka melaporkan bahwa mereka berhasil mengonfirmasi 3,5 miliar akun WhatsApp aktif dengan teknik ini, sebelum akhirnya Meta (perusahaan induk WhatsApp) menambal celah tersebut. 

Bagaimana Celah Terjadi?

Mekanisme “Contact Discovery”

whatsapp punya fitur “penemuan kontak”: ketika pengguna mengunggah buku kontak (address book) mereka, aplikasi akan mengecek kontak mana yang menggunakan WhatsApp. 

Tidak Ada Pembatasan Permintaan (Rate Limiting)

peneliti menemukan bahwa mereka bisa mengirim lebih dari 100 juta permintaan nomor per jam, tanpa diblokir. Artinya, mereka bisa menjalankan semacam “brute force” terhadap semua kemungkinan nomor telepon di banyak negara dan mencatat mana yang aktif. Data yang Didapatkan

Dari nomor yang terkonfirmasi, peneliti bisa mengakses :

Foto profil (jika diatur publik) → sekitar 57% dari akun yang mereka enumerasi memiliki foto profil yang bisa diakses. 

Teks “About” (profil teks) → sekitar 29% akun menampilkan “about” publik. 

Kunci Publik Kriptografi (public keys) dan “timestamp” (waktu) yang terkait akun. 

Informasi inferensi tambahan jenis sistem operasi perangkat, umur akun, dan jumlah perangkat terkait (contoh: WhatsApp Web) dapat ditarik dari metadata yang dikumpulkan. 

Potensi Risiko dan Dampak

Spam, Phishing, dan Robocall Dengan daftar 3,5 miliar nomor WhatsApp, pelaku jahat bisa menggunakan data ini sebagai basis serangan spam, phishing, atau panggilan palsu karena daftar ini adalah “nomor aktif”.

Privasi dan Identitas

Foto profil + teks “about” bisa digunakan untuk profiling individu. Misalnya, gabungan nomor + foto bisa jadi database identitas yang berbahaya. 

Isu Reuse Kunci Kriptografi

Peneliti menemukan kasus di mana beberapa nomor berbagi “kunci identitas kriptografi” yang sama, yang secara teori bisa melemahkan keamanan end-to-end encryption (E2EE) jika dimanfaatkan. 

Risiko Global dan Hak Asasi Manusia

Karena WhatsApp banyak digunakan di seluruh dunia, termasuk negara dengan kontrol ketat terhadap komunikasi, celah ini bisa dieksploitasi untuk identifikasi pengguna yang sensitif (misalnya di negara di mana penggunaan WhatsApp bisa berisiko). 

Tanggapan Meta atau  WhatsApp

Peneliti melaporkan masalah ini ke Meta melalui program bug bounty pada April 2025. Meta menerapkan rate limiting yang lebih ketat untuk mencegah permintaan massal seperti yang digunakan peneliti. Meta menyatakan bahwa data yang diambil peneliti adalah “informasi dasar yang sudah bersifat publik” (seperti profil publik). Meta juga menekankan bahwa pesan pengguna tetap aman, karena enkripsi end to end tetap aktif.  Peneliti pun menghapus dataset 3,5 miliar nomor yang mereka kumpulkan agar tidak disalahgunakan. 

Pelajaran dan Rekomendasi

Kelemahan Identifikasi Berdasarkan Nomor Telepon

Peneliti menyatakan bahwa menggunakan nomor telepon sebagai “identifier unik” untuk akun besar seperti WhatsApp punya kelemahan fundamental: nomor telepon tidak banyak variasinya (“tidak cukup random”) untuk skala global, sehingga sangat rentan terhadap brute enumeration. 

Butuh Mekanisme Tambahan Proteksi Privasi

Rate limiting

Meta sudah memperbaiki ini, tapi perlindungan seperti captcha, throttle requests, atau validasi tambahan bisa dipertimbangkan.

Alternatif identifier

Mungkin WhatsApp bisa menawarkan username selain hanya memakai nomor telepon, agar privasi lebih baik.

Pentingnya Penelitian Keamanan Independen

Kasus ini menegaskan betapa pentingnya riset keamanan dari pihak independen (universitas, lembaga riset), agar platform besar diuji secara kritis.

Kesadaran Pengguna

Pengguna WhatsApp harus sadar 

Atur privasi profil

batasi siapa yang bisa melihat foto profil dan “about”. Berhati hati terhadap spam / panggilan mencurigakan, terutama jika nomor mereka mungkin sudah terekspos.

Perbarui aplikasi

pastikan menggunakan versi WhatsApp terbaru, karena perbaikan keamanan bisa ditambahkan melalui update.

Kesimpulan

Celah di WhatsApp ini sangat sederhana dari sudut teknik (“hanya cek nomor + lihat profil publik”), tetapi konsekuensinya sangat besar karena skala eksposurnya dari 3,5 miliar nomor aktif bisa diidentifikasi. Walau Meta sudah memitigasi dengan menambahkan rate limiting, insiden ini memperlihatkan risiko nyata ketika identitas digital (nomor telepon) digunakan secara luas sebagai penentu identitas akun. Untuk pengguna, ini peringatan agar lebih memperhatikan pengaturan privasi dan juga mendorong platform agar lebih inovatif dalam melindungi data penggunanya.


Komentar