Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk mempercepat pengembangan dimethyl ether (DME) sebagai pengganti LPG. Dalam rapat terbatas di Istana Merdeka. Presiden Prabowo Subianto menegaskan urgensi percepatan pembangunan industri energi dalam negeri guna menjawab lonjakan konsumsi LPG dan ketergantungan impor.
Masalah yang Dihadapi
Konsumsi LPG di Indonesia diperkirakan akan mencapai hampir 10 juta ton pada 2026, jauh melebihi produksi dalam negeri. Saat ini sebagian besar LPG masih bergantung pada impor, yang dinilai sebagai beban devisa dan tantangan ketahanan energi nasional.
Mengapa DME?
Pemerintah menyebutkan beberapa keunggulan DME dibandingkan LPG :
DME memiliki karakteristik kimia dan fisika yang cukup mirip LPG sehingga dapat menggunakan sebagian besar infrastruktur LPG yang sudah ada, seperti tabung, storage, dan sistem distribusi.
Bahan baku DME dapat berasal dari sumber dalam negeri seperti batu bara kalori rendah, biomassa, limbah, dan lain-lain, sehingga potensi untuk mengurangi impor cukup besar.
Dari sisi lingkungan, DME dinilai menghasilkan emisi lebih rendah dibanding LPG: misalnya estimasi pengurangan CO₂ hingga sekitar 20 %.
Arahan Presiden Prabowo
Dalam rapat terbatas tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa Presiden Prabowo menegaskan bahwa “tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri.” Pemerintah menetapkan pengembangan DME sebagai bagian dari proyek hilirisasi batu bara dan energi dalam negeri yang menjadi prioritas.
Tahapan dan Target Pelaksanaan
Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME sudah masuk dalam tahap percepatan, dengan studi kelayakan yang telah atau akan segera dilakukan.
Pemerintah menargetkan produksi massal DME sebagai pengganti LPG bisa terealisasi mulai 2027.
Salah satu fokusnya adalah menekan impor LPG dan meningkatkan kandungan nilai tambah bahan baku dalam negeri.
Tantangan dan Catatan Penting
Meski mendapat dorongan kuat, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Teknologi dan studi kelayakan harus matang karena proyek DME sempat ditunda sebelumnya.
Transisi dari LPG ke DME harus mempertimbangkan keberadaan infrastruktur, kesiapan pasar, serta implikasi harga dan keamanan bagi rumah tangga.
Meski daya kalor DME agak berbeda dibanding LPG, pemerintah menilai perbandingan tersebut masih dapat ditangani dalam praktik penggunaan.
Implikasi bagi Masyarakat dan Ekonomi
Dengan keberhasilan proyek DME, diperkirakan Indonesia akan menghemat devisa yang signifikan dari pengurangan impor LPG, serta membuka peluang investasi dan lapangan kerja baru di sektor hilirisasi bahan baku energi. Bagi masyarakat, apabila implementasi berhasil, dapat berarti ketersediaan energi rumah tangga yang lebih stabil dan berdampak pada penurunan beban biaya impor yang selama ini memengaruhi harga LPG.
Dengan demikian, kebijakan penggantian LPG dengan DME yang dibahas oleh Presiden Prabowo menandakan arah baru dalam strategi energi nasional Indonesia: dari impor ke pemanfaatan sumber daya dalam negeri, dari konsumsi ke nilai tambah industri.
Komentar
Posting Komentar