Dalam beberapa tahun terakhir, istilah “Generasi Strawberry” sering muncul ketika membicarakan anak muda, terutama mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, atau yang biasa disebut Generasi Z (Gen Z). Julukan ini memicu perdebatan luas ada yang menganggapnya tepat, ada pula yang menilainya sebagai stereotip yang tidak adil.
Asal Usul Istilah “Generasi Strawberry”
istilah “Strawberry Generation” pertama kali populer di Taiwan pada tahun 1990an. Saat itu, media setempat menggunakan istilah ini untuk menggambarkan anak muda yang tampak menarik di luar, namun dianggap mudah rusak atau rapuh di dalam, layaknya buah stroberi.
Generasi ini dianggap tidak tahan tekanan, mudah tersinggung, serta kurang tangguh dibandingkan generasi sebelumnya yang tumbuh dalam masa penuh kesulitan ekonomi dan sosial.
Kenapa Gen Z Disebut Generasi Strawberry?
beberapa ahli sosiologi dan psikolog modern mencoba menjelaskan kenapa label ini juga melekat pada Gen Z, termasuk di Indonesia. Berikut beberapa alasan yang sering dikemukakan :
Tumbuh di Era Digital dan Kemudahan Akses
gen Z lahir di tengah kemajuan teknologi dan informasi. Segala sesuatu bisa diperoleh dengan cepat hiburan, informasi, hingga peluang kerja. Menurut psikolog kemudahan ini kadang membuat mereka kurang sabar menghadapi proses panjang dan lebih mudah frustrasi jika hasil tidak instan.
Sensitivitas Emosional yang Tinggi
banyak Gen Z lebih terbuka terhadap perasaan dan peka terhadap isu sosial seperti keadilan, lingkungan, serta kesehatan mental. Sebagian pihak melihat hal ini sebagai tanda “kelembekan”, padahal sejatinya itu menunjukkan kepedulian dan kesadaran emosional yang tinggi.
Tekanan Sosial Media
Media sosial menciptakan dunia penuh perbandingan. Banyak Gen Z merasa harus tampil sempurna di dunia maya, yang akhirnya bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan krisis identitas. Ahli komunikasi menilai bahwa kondisi ini menjadikan sebagian Gen Z terlihat “rapuh”, tetapi sebenarnya mereka sedang beradaptasi dengan realitas digital yang kompleks.
Pandangan Lain Dari Gen Z Justru Adaptif dan Kreatif
tidak semua ahli setuju bahwa Gen Z pantas disebut “generasi stroberi”.
Menurut beberapa peneliti muda Universitas Indonesia justru gen Z lebih adaptif, kreatif, dan peduli terhadap nilai kemanusiaan. Mereka punya keberanian untuk menolak sistem lama yang dianggap tidak relevan dan mencari makna baru dalam hidup dan pekerjaan. Mereka juga dikenal cepat belajar, melek teknologi, dan berani bersuara tentang isu yang tabu bagi generasi sebelumnya, seperti kesehatan mental dan kesetaraan gender.
Kesimpulan
Label “Generasi Strawberry” mungkin menggambarkan sebagian kecil perilaku Gen Z, tetapi tidak mencerminkan keseluruhan generasi.
Jika dilihat lebih objektif, Gen Z bukanlah generasi yang rapuh, melainkan generasi yang sedang mencari keseimbangan antara empati, identitas, dan tantangan dunia modern. Mereka bukan sekadar “stroberi” yang lembek, melainkan tanaman baru yang tumbuh di tanah digital, dengan cara bertahan dan berkembang yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar