Paspor Malaysia telah mendapatkan perhatian global setelah laporan independen menyebut dokumen perjalanan negara ini menempati posisi mengejutkan dalam peringkat mobilitas internasional, bahkan melebihi beberapa negara besar termasuk (secara relatif) Amerika Serikat.
Menurut data dari sumber terpercaya, warga malaysia kini memiliki akses bebas visa atau visa saat tiba (visa on arrival atau eVisa) ke sekitar 180an negara dan wilayah. Laporan dunia menyebutkan, “Paspor Malaysia merupakan yang tertinggi di dunia berkembang dan nomor dua di antara negara-majoritas Muslim.”
Fakta ini menjadikan paspor malaysia dalam komparasi global, sebagai “unik” bukan hanya karena angka. Tetapi karena kategorinya, negara berkembang yang masih relatif muda secara diplomasi dan ekonomi, mampu meraih mobilitas tingkat tinggi.
Apa makna “unik global” di sini?
mobilitas tinggi dalam konteks negara berkembang, bagi sebuah negara yang ekonomi, akses luar negeri, atau pengaruh diplomatiknya belum sebesar negara maju, capaian ini cukup luar biasa,
Efek symbolik warga Malaysia dapat bergerak secara lebih bebas tanpa harus memperoleh visa di banyak negara, yang berarti potensi ekonomi, pariwisata, dan hubungan internasional bisa terbuka lebih luas,
Perbandingan dengan Amerika Serikat, meskipun AS masih memiliki pengaruh global besar, dalam hal ranking paspor atau kebebasan masuk ke negara lain, laporan menunjukkan bahwa paspor Malaysia menempati peringkat yang lebih tinggi dalam mobilitas tertentu,
Tantangan yang tetap ada meskipun demikian, warga Malaysia masih belum termasuk dalam program bebas visa AS (US Visa Waiver Program) dan masih membutuhkan visa untuk beberapa negara maju seperti Kanada.
Tantangan Dan Implikasi
Dengan mobilitas tinggi datang tanggung jawab pemerintah Malaysia perlu memastikan sistem imigrasi, keamanan dan diplomasi tetap kuat agar tidak kosong manfaatnya.
Para pemegang paspor diharapkan memanfaatkan peluang yang terbuka turisme, bisnis, studi juga memperhatikan aturan dan reputasi luar negeri.
Untuk negara lain, kasus Malaysia bisa menjadi studi menarik. Bagaimana negara dengan sumber daya terbatas bisa mencetak akses global luar biasa melalui diplomasi, perjanjian visa, dan kebijakan luar negeri pro aktif.
Kesimpulan
Walau belum sempurna, capaian Malaysia dalam hal paspor benar-benar bisa disebut “unik global”: sebuah negara berkembang yang berhasil mengalahkan ekspektasi dalam arena mobilitas internasional. Selanjutnya, bagaimana pemerintah Malaysia menjaga momentum ini akan menjadi kunci agar manfaatnya dapat terus dirasakan oleh rakyatnya.
“Trump Ajak Bincang keluarga Kerajaan Inggris Tentang Simbolik dan Strategis”
Mantan Presiden AS Donald Trump telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris pada pertengahan September 2025, undangan yang secara resmi merupakan kunjungan negara kedua kalinya yang diberikan kepada seorang Presiden AS, sesuatu yang sangat jarang terjadi di sejarah diplomasi Inggris.
Dalam kunjungan tersebut, Trump bertemu dengan King Charles III dan Queen Camilla di Kastil Windsor, serta berinteraksi dengan keluarga kerajaan, termasuk Princess Kate dan Prince William.
Momen momen percakapan ringan dan simbolik, misalnya Trump yang secara terbuka mengagumi Princess Kate dengan menyebutnya “so beautiful” menjadi sorotan banyak media.
Namun selain citra dan protokol, kunjungan ini memiliki arti strategis bagi hubungan AS-Inggris, dan keluarga kerajaan digunakan sebagai “alat” diplomasi lunak.
Mengapa berbincang ini penting?
Simbol hubungan khusus (“special relationship”) antara AS dan Inggris kunjungan seperti ini membantu menegaskan kembali ikatan historis, ekonomi, dan militer antara kedua negara.
Platform soft power
Keterlibatan keluarga kerajaan Inggris memberikan elemen magnetik dan publik yang besar, ini membantu menciptakan citra positif dan sorotan media.
Agenda tersembunyi
Di balik sorotan pertemuan ini dijadikan momentum untuk diskusi dagang, teknologi, kebijakan luar negeri. Termasuk pengaruh Inggris di Eropa, dan AS di arena global.
Kritik dan Tantangan
Ada penolakan publik di Inggris terkait undangan kembali Trump, mengingat kebijakan kontroversialnya sebelumnya.
Keterlibatan keluarga kerajaan bisa terlihat sebagai “ritual diplomasi” yang formal dan jauh dari persoalan riil rakyat, penting agar hasil nyata juga muncul.
Media menyoroti bahwa momen-kasual (misalnya sapaan lewat lip-reader) bisa menjadi bahan guyon, tapi tidak menggantikan substansi diplomasi serius.
Komentar
Posting Komentar