Latar Belakang
Kampus IKJ kini masih berada di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Sebuah lokasi yang secara historis sejak 1960an dirancang sebagai pusat kesenian dan budaya di Jakarta.
Pada Oktober 2025 pemerintah provinsi mengumumkan rencana memindahkan IKJ ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
Alasan di Balik Relokasi
Menghidupkan kawasan heritage
Gubernur Pramono Anung Wibowo menyebut bahwa Kota Tua merupakan kawasan warisan budaya yang membutuhkan “talenta-seniman” agar makin hidup sebagai pusat seni.
Ia mengatakan "Panggung kesenian itu akan sangat mudah diadakan kalau kemudian senimannya juga ada di sana sambil bersekolah.”
Ekosistem bagi pendidikan seni yang lebih luas
Kepala IKJ menyatakan bahwa relokasi ini dapat memberi ruang ekspresi yang lebih luas bagi mahasiswa seni karena berada di lingkungan yang lebih terbuka untuk kegiatan kreatif.
Sinergi dengan pengembangan infrastruktur
Relokasi ini juga dikaitkan dengan pembangunan kawasan transit oriented development (TOD) dan jalur MRT Jakarta ke Kota Tua, yang diharapkan selesai antara 2027–2029.
Kronologi Singkat
18 Oktober 2025
Gubernur lakukan peninjauan ke kawasan Kota Tua bersama Menteri Investasi Dan Hilirisasi. Pengumuman rencana relokasi IKJ.
21 Oktober 2025
Kepala IKJ menyambut baik wacana, bahwa pemindahan tidak akan langsung total ada kemungkinan aktivitas kampus tetap berjalan di Cikini sementara kreatifitas dipusatkan di Kota Tua.
2026 dan setelahnya
Pemerintah Provinsi DKI berencana membenahi infrastruktur dasar kota tua (jalan, pedestrian, sungai) sebagai tahap persiapan.
Target relokasi
Antara tahun 2027–2029 relokasi diproyeksikan berlangsung saat kawasan dan transportasi siap.
Cerita Tersembunyi
Tantangan dan Impikasi
identitas kampus dan budaya
IKJ selama ini memiliki akar kuat di Cikini atau TIM, kawasan yang sudah lama menjadi “rumah” bagi komunitas seni Jakarta. Relokasi berarti perubahan identitas dan mungkin resistensi dari mahasiswa, dosen, alumni yang merasa “rumah lama” punya nilai emosional besar.
kesiapan fisik dan fasilitas
Pemerintah menyatakan bahwa relokasi tidak akan tergesa-gesa; lokasi baru akan dipersiapkan terlebih dahulu. Namun dalam kenyataannya, infrastruktur heritage seringkali menghadapi tantangan seperti pengaturan utilitas lama, perizinan kawasan cagar budaya, dan kebutuhan fasilitas pendidikan seni yang spesifik.
dampak pada kawasan Kota Tua
Jika berhasil, kehadiran IKJ bisa menjadi katalisator bagi penghidupan kembali Kota Tua sebagai pusat seni dan kreatifitas. Namun jika tak terkelola dengan baik, bisa terjadi konflik kepentingan antara pelestarian heritage dan kegiatan kampus yang dinamis.
model “campus dual”
Kepala IKJ membuka kemungkinan bahwa kampus akan berbagi lokasi bagian tetap di Cikini, bagian kreatif di Kota Tua. Ini menunjukkan kesadaran bahwa pemindahan total mungkin belum ideal atau tidak segera.
ekonomi dan komunitas lokal
Kehadiran kampus di Kota Tua bisa menggerakkan ekonomi kreatif lokal, kafe, galeri, pertunjukan jalanan. Namun juga bisa menimbulkan tekanan terhadap komunitas turun-temurun di kawasan tersebut (misalnya kenaikan harga sewa, perubahan fungsi ruang).
waktu dan kesinambungan
Dengan target penataan kawasan sampai 2027–2029, banyak aspek harus direalisasikan agar relokasi tak hanya simbolik mulai dari transportasi, fasilitas kampus, integrasi mahasiswa dengan lingkungan sekitar, dan kesinambungan budaya.
Harapan Dan Makna
Relokasi IKJ ke Kota Tua bukan sekadar pemindahan fisik kampus, tetapi sebuah proses simbolik dari “kampus seni” yang berada di jantung kota (Cikini) ke “kampus seni di jantung kawasan sejarah dan budaya” (Kota Tua). Bila berhasil, maka :
IKJ bisa menjadi lebih “terhubung” dengan ruang publik, seni jalanan, turisme budaya. Mahasiswa mempunyai “panggung kota” yang nyata,
Kota Tua dapat menghidupkan kembali identitasnya sebagai pusat seni dan budaya yang tidak hanya untuk turis, tetapi juga bagi komunitas lokal,
Jakarta sebagai ibu kota punya kesempatan menggabungkan heritage, pendidikan seni, dan kreativitas dalam satu tarikan napas.
Kesimpulan
Banyak cerita yang masih harus ditulis bagaimana mahasiswa dan dosen IKJ menyikapi perubahan ini? Apa yang akan terjadi dengan kampus lama di Cikini? Bagaimana penataan kawasan Kota Tua agar tetap menghormati warisan sambil memberi ruang ekspresi baru? Namun relokasi ini masih dalam tahap wacana dan persiapan, sehingga kisah di baliknya sangat kaya: antara harapan, tantangan, nostalgia, dan kesempatan baru.
Komentar
Posting Komentar