Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Cerita Untuk Bisa Di Kisahkan Dari Seorang Pria Berusia 74 Tahun Menikahi Seorang Perempuan Berusia 24 Tahun, Bagaimana Kisah Dan Tanggapannya

 


Di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, kisah cinta yang tak biasa menghebohkan jagat maya. Seorang pria berusia 74 tahun, bernama Haji Rahman, menikahi seorang gadis muda berusia 24 tahun, Salsabila, dengan mahar fantastis senilai Rp 3 miliar.

Meski terpaut usia setengah abad, pasangan ini tampak bahagia menjalani hari-hari awal pernikahan mereka. Pernikahan yang digelar sederhana namun elegan itu menjadi sorotan publik karena bukan hanya perbedaan usia, tetapi juga kemegahan mahar yang diberikan sang mempelai pria.

Awal Pertemuan

Kisah keduanya berawal dari pertemuan tak terduga di sebuah acara pengajian. Salsabila, seorang guru mengaji muda yang dikenal santun, tak pernah menyangka akan menarik perhatian Haji Rahman, seorang pengusaha sukses yang dikenal dermawan di lingkungannya.

“Saya kagum pada tutur katanya yang sopan dan kesederhanaannya,” ujar Haji Rahman saat diwawancarai media lokal. “Saya merasa tenang setiap kali berbicara dengannya.”

Sementara bagi Salsabila, Haji Rahman bukan sekadar pria tua berharta. “Beliau perhatian, sabar, dan punya pandangan hidup yang bijak,” katanya. “Saya tidak melihat umur, saya melihat hati.”

Mahar Fantastis

Tak lama setelah keduanya saling mengenal, Haji Rahman mengutarakan niat serius untuk meminang. Ia memberikan mahar berupa uang tunai Rp 3 miliar, sebidang tanah, dan satu unit rumah di kawasan elit.

Menurut keluarga Salsabila, mahar besar itu bukan bentuk pamer kekayaan, melainkan simbol kesungguhan dan tanggung jawab. “Beliau ingin memastikan Salsabila hidup terjamin dan nyaman,” ujar sang ayah.

Reaksi Publik Dan Orang Sekitar 

Pernikahan ini tentu menimbulkan beragam reaksi. Ada yang memuji keberanian dan ketulusan cinta mereka, tapi tak sedikit pula yang sinis, menuduh Salsabila menikah karena harta.

Namun pasangan ini memilih tidak ambil pusing. Mereka lebih fokus membangun rumah tangga dengan dasar kejujuran dan keimanan.

“Kami sadar banyak yang menilai,” ujar Salsabila. “Tapi hanya Allah yang tahu niat kami.”

Cinta yang Tumbuh di Atas Keyakinan

Kini, beberapa bulan setelah pernikahan, keduanya hidup damai. Haji Rahman mengaku merasa lebih muda karena kehadiran istrinya yang penuh semangat, sementara Salsabila merasa mendapat sosok pelindung dan guru kehidupan.

“Cinta sejati itu bukan tentang usia,” kata Haji Rahman sambil tersenyum. “Tapi tentang dua jiwa yang saling melengkapi.”

Komentar