Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Cerita Terakhir Tiang Monorel Di Jakarta Menjadi Kisah Nyata Sampai Sekarang "Dari Harapan Besar hingga Monumen Gagalnya Proyek Transportasi"

 


Selama bertahun tahun tiang beton besar yang berdiri di beberapa titik Jakarta sempat menjadi tanda tanya banyak orang. Sebagian warga menyebutnya “tiang gantung mimpi”, sebagian lain menyebutnya “monumen gagal”. Tiang-tiang itu adalah sisa dari proyek monorel Jakarta, sebuah mimpi besar transportasi massal modern yang akhirnya kandas sebelum benar-benar berjalan.

Awal Mimpi 

Harapan Baru Transportasi Ibu Kota

pada awal 2000an pemerintah DKI Jakarta mulai merancang proyek transportasi massal modern untuk mengatasi kemacetan parah di ibu kota. Tahun 2004, proyek Jakarta Monorail resmi dimulai.

Rencana awalnya ambisius dijalur monorel sepanjang lebih dari 25 kilometer yang menghubungkan kawasan bisnis utama seperti Kuningan, Sudirman, dan Tanah Abang.

Pemerintah saat itu menggandeng pihak swasta melalui PT Jakarta Monorail (JM). Peletakan batu pertama dilakukan dengan semangat besar, disertai janji bahwa Jakarta akan segera memiliki moda transportasi sekelas negara maju.

Masalah demi Masalah

Dana, Izin, dan Kepemilikan

di balik semangat itu, banyak masalah tersembunyi. Sejak awal, proyek ini tidak memiliki kejelasan pendanaan jangka panjang. Beberapa investor sempat mundur, bahkan perusahaan pengelola berganti beberapa kali.

Masalah perizinan lahan, desain jalur yang tumpang tindih dengan proyek lain, hingga ketidaksepahaman antara pemerintah dan investor membuat proyek ini terus tersendat.

Pada tahun 2008, pembangunan dihentikan total. Saat itu, yang tersisa hanyalah deretan tiang-tiang beton yang berdiri di tengah kota tanpa rel, tanpa kereta, tanpa masa depan yang jelas.

Tiang Monorel yang Terlupakan

Selama bertahun tahun, tiang monorel itu berdiri seperti artefak masa lalu di tengah hiruk pikuk kota. Banyak warga Jakarta yang bahkan tumbuh besar sambil melihat tiang-tiang tersebut tanpa pernah tahu fungsinya.

Beberapa bagian proyek mulai rusak, dicat ulang, atau dikelilingi iklan. Ada yang menjadi tempat berteduh, bahkan tempat parkir motor liar.

Akhir Cerita

Dibongkar dan Digantikan LRT

tahun 2015 menjadi titik akhir kisah monorel Jakarta. Pemerintah DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) secara resmi membatalkan proyek monorel. Alasannya jelas: proyek tidak transparan, tidak efisien, dan tidak sesuai kebutuhan kota modern.

Sebagai gantinya, Jakarta memilih membangun Light Rail Transit (LRT)  sistem kereta ringan yang dinilai lebih realistis dan terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti MRT dan TransJakarta.

Beberapa tiang monorel kemudian dibongkar untuk memberi ruang bagi jalur LRT. Sementara sebagian lainnya, yang sulit dipindahkan, akhirnya diadaptasi atau dibiarkan sebagai saksi bisu kegagalan ambisi masa lalu.

Warisan Dan Pelajaran

Kini, tiang-tiang monorel yang tersisa menjadi pengingat bahwa pembangunan besar tidak hanya butuh teknologi, tapi juga perencanaan matang, transparansi, dan konsistensi politik.

Kisah monorel Jakarta adalah contoh nyata bagaimana sebuah proyek ambisius bisa berubah menjadi simbol kegagalan, namun juga menjadi pelajaran berharga bagi masa depan infrastruktur kota.

Kesimpulan 

Akhir cerita tiang monorel di Jakarta bukan sekadar tentang beton yang dibongkar, tapi tentang perjalanan mimpi kota modern yang sempat kandas di tengah jalan.

Dari situ, Jakarta belajar untuk bangkit dan kini melangkah dengan transportasi masa depan seperti MRT dan LRT yang benar benar berfungsi.


Komentar