Data dan Fakta Terbaru dari UNICEFObesitas sudah melewati kekurangan berat badan sebagai bentuk malnutrisi umum untuk anak usia 5 sampai 19 tahun, menurut laporan UNICEF “Feeding Profit: How Food Environments are Failing Children” (2025), prevalensi anak usia 5 sampai 19 tahun dengan obesitas adalah sekitar 9,4%, sedangkan yang kekurangan berat badan (underweight) adalah sekitar 9,2%. Ini menandai pertama kalinya obesitas lebih sering terjadi daripada underweight pada kelompok umur tersebut secara global.
Penurunan under nutrition, tetapi masalah lain tetap besar
Meski jumlah anak dengan berat badan kurang (underweight) menurun dari ~13% pada tahun 2000 menjadi ~9,2% pada 2022 di kelompok usia 5-19 tahun, malnutrisi dalam bentuk lain (stunting, wasting, defisiensi mikronutrien) masih menjadi tantangan serius, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun dan di negara-negara dengan pendapatan rendah atau menengah.
Risiko kesehatan pada anak obesitas
UNICEF menekankan obesitas tidaklah “lebih baik” karena membawa risiko jangka panjang, misalnya :
Resiko meningkat untuk penyakit metabolik (diabetes tipe-2),
Resiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan komplikasi kesehatan lainnya,
Dampak pada perkembangan fisik, kognitif, mental, citra diri dan kesehatan mental anak. Walau laporan ini lebih fokus pada prevalensi dan penyebab obesitas, UNICEF juga mencermati bagaimana lingkungan makanan (misalnya ketersediaan makanan ultra-diproses, marketing junk food) mempengaruhi pilihan gizi anak-anak,
Lingkungan makanan dan penyebab obesitas yang meningkat
UNICEF mengidentifikasi bahwa makanan ultra-diproses dan cepat saji (junk food), tinggi gula, garam, lemak tidak sehat, sering lebih murah dan lebih mudah diakses, berkontribusi besar terhadap peningkatan obesitas. Marketing dan promosi makanan tidak sehat juga disebut sebagai faktor utama.
Apakah Obesitas “Lebih Baik” Daripada Kurang Gizi?
Ketika seseorang mengklaim bahwa “anak obesitas lebih baik daripada anak yang kurang gizi”, seringkali maksudnya adalah bahwa obesitas dianggap sebagai pertanda asupan kalori yang cukup, atau setidaknya bukan kondisi kelaparan. Namun dari perspektif kesehatan masyarakat dan UNICEF, klaim ini oversimplifikasi dan bisa menyesatkan, berikut argumen mendukung dan menolak.
Argumen yang Mungkin Mendukung Klaim
Kalori tersedia pada anak obesitas umumnya mendapatkan kalori lebih daripada kebutuhan minimum, sehingga tidak mengalami kekurangan energi akut yang menyebabkan kematian segera, berbeda dengan kondisi severe undernutrition (wasting, kelaparan),
Kondisi fisik tampak “terlihat cukup”, mungkin dianggap lebih sehat secara sosial karena tidak tampak kurus.
Argumen Menolak atau Menyanggah Klaim
Kualitas gizi lebih penting daripada kuantitas saja daripada anak yang bisa memiliki berat di atas rata-rata tapi kekurangan zat gizi penting (vitamin, mineral, protein berkualitas). Defisiensi mikronutrien bisa merusak perkembangan otak, sistem imun, kesehatan jangka panjang meski anak tidak kurus. UNICEF menyebut kondisi ini sebagai “hidden hunger",
Risiko jangka panjang obesitas
Obesitas pada anak meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, beberapa jenis kanker, masalah muskuloskeletal, gangguan pernapasan (misalnya asma), dan stres psikologis (body image, stigma). Risiko ini bisa berlangsung hingga dewasa.
Biaya kesehatan
Biaya medis dan beban sosial dari penyakit akibat obesitas bisa sangat tinggi, baik untuk individu dan sistem kesehatan. Sementara undernutrition yang parah juga membawa biaya tinggi (perawatan, mortalitas), obesitas sering membawa masalah yang berkepanjangan dan multi-dimensi.
Masalah gizi berganda (“double burden”)
Di banyak negara berkembang, anak dan keluarga bisa menghadapi “triple burden” malnutrisi, undernutrition, defisiensi mikronutrien, dan overnutrition / obesitas. Tak sedikit rumah tangga di mana satu anak obese dan saudara-saudaranya terkena kekurangan gizi. Ini menunjukkan masalah gizi adalah kompleks, bukan hanya satu kondisi yang “lebih baik”.
Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
Anak dengan berat badan kurang bisa mengalami stunting, keterlambatan perkembangan fisik dan mental; tapi anak obesitas juga bisa mengalami ketidakseimbangan pertumbuhan, gangguan hormon, masalah tidur, dan efek negatif lainnya yang mengganggu kualitas hidup.
Kesimpulan
Berdasarkan data dan pandangan UNICEF
Obesitas bukanlah kondisi yang “lebih baik” dibanding kurang gizi. Masing-masing memiliki risiko, konsekuensi, dan tantangan tersendiri,
Kekurangan gizi tetap sangat serius, terutama pada anak di bawah 5 tahun, dari sisi risiko mortalitas dan hambatan perkembangan,
Obesitas pun menjadi bentuk malnutrisi yang perlu perhatian sama besarnya karena prevalensinya yang meningkat dan konsekuensinya terhadap kesehatan jangka panjang.
Komentar
Posting Komentar