Dari Sekedar Cerita Menjadi Kisah Yang Pernah Di alami Oleh "Seorang Remaja Demi Badan Tinggi Idamannya Sampai Menghabiskan 39 Juta"
Awal Mula Ketidakpuasan
Raka (17), seorang siswa SMA, sejak kecil merasa tidak percaya diri dengan tinggi badannya yang hanya 160 cm. Saat teman-temannya tumbuh lebih cepat, ia merasa tertinggal. Komentar kecil seperti “kok kamu pendek ya?” atau candaan di sekolah membuatnya semakin tertekan.
Di rumah, Raka sering menghabiskan waktu menonton konten-konten motivasi dan iklan peninggi badan di media sosial. Dari iklan itulah ia mulai percaya bahwa ada cara “instan” untuk menambah tinggi.
Perjalanan Mengejar Tinggi Badan
Raka mulai membeli berbagai produk peninggi badan :
Suplemen kalsium dan vitamin yang dijanjikan bisa menambah tinggi,
Alat olahraga khusus yang dipasang di pintu kamar,
Program latihan online dengan biaya ratusan ribu per bulan,
Bahkan ia sempat mengikuti “terapi peregangan” yang ditawarkan sebuah klinik alternatif.
Awalnya ia merasa semangat, terutama saat melihat testimoni dari orang-orang yang katanya berhasil. Namun, semua itu membutuhkan biaya besar. Dari tabungan sekolah, uang saku, hingga bantuan orang tua, total yang dikeluarkan Raka mencapai juta hanya dalam waktu setahun.
Hasil yang Tidak Sesuai Harapan
Setelah semua usaha itu, tinggi badan Raka hanya bertambah sekitar 3 cm. Itu pun lebih karena faktor usia dan masa pertumbuhan alami, bukan semata dari produk-produk yang ia beli. Kekecewaan mulai muncul.
Raka akhirnya sadar bahwa sebagian besar produk yang ia ikuti hanyalah trik marketing. Penambahan tinggi badan setelah usia tertentu lebih banyak dipengaruhi faktor genetik, pola makan sehat, tidur cukup, serta olahraga konsisten, bukan semata mata suplemen mahal.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Kisah Raka menjadi cermin bagi banyak remaja lain :
Percaya diri lebih penting daripada standar fisik. Tinggi badan bukan penentu masa depan,
Bijak dalam mengeluarkan uang. Tidak semua iklan di internet benar,
Kesehatan harus jadi prioritas. Daripada membeli produk instan, lebih baik berinvestasi pada nutrisi, olahraga, dan pengembangan diri.
Kesimpulan
Kini raka belajar menerima dirinya. Ia justru mulai menekuni hobi basket dan melatih kemampuan komunikasi, yang perlahan membuatnya lebih percaya diri tanpa harus mengukur dirinya dari tinggi badan semata.
Komentar
Posting Komentar