Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Hati-Hati ! Penipuan COD Marak, Puluhan Juta Paket Terkirim Secara Ilegal : Satu Korban Diduga Kena Doxing

 


Masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap modus penipuan lewat sistem pembayaran Cash on Delivery (COD) yang kini semakin marak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, tercatat puluhan juta paket dikirimkan secara ilegal kepada warga yang tidak pernah melakukan pemesanan. Bahkan, satu korban bernama Agus mengalami dugaan doxing dan menjadi sasaran pengiriman beruntun ( Jakarta,13 Juli 2025)


Fenomena ini melanda sejumlah kota besar, terutama Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Para korban mengaku menerima paket COD tanpa tahu siapa pengirimnya dan apa isi paket tersebut. Anehnya, nama, alamat, hingga nomor telepon korban tertulis dengan lengkap dan akurat pada label pengiriman. salah satu korban, Agus (38), warga Jakarta Timur, mengaku sudah menerima lebih dari 15 paket dalam seminggu, dengan total tagihan mencapai lebih dari Rp5 juta. "Awalnya saya pikir ada teman atau keluarga yang kirim hadiah. Tapi setelah dicek, isinya barang-barang aneh dan tidak saya pesan. Saya menolak bayar, tapi kurir tetap datang berkali-kali," ujarnya.

Lebih mencengangkan, Agus menduga identitas pribadinya telah bocor dan disebarkan secara tidak sah di internet, yang mengarah pada praktik doxing – yaitu tindakan mempublikasikan data pribadi seseorang tanpa izin untuk tujuan merugikan. Ia kini tengah mempertimbangkan langkah hukum.


Modus Penipuan Baru Lewat COD

Menurut pengamat keamanan siber, maraknya penipuan COD ini bisa jadi merupakan modus baru dari sindikat online yang memanfaatkan kelemahan sistem logistik. "Penjual fiktif hanya butuh alamat dan nomor HP korban untuk mengirimkan paket COD. Jika korban panik dan tetap membayar, uang itu langsung mengalir ke rekening penjual palsu," jelas Damar Prasetyo, konsultan teknologi informasi.

Banyak korban akhirnya menolak menerima paket, namun sayangnya tidak semua kurir memiliki kebijakan yang fleksibel untuk pengembalian. Beberapa bahkan mengaku terpaksa membayar karena takut didaftarkan sebagai 'penerima bermasalah' oleh jasa ekspedisi.


Imbauan dari Pemerintah dan Pihak Ekspedisi

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengingatkan masyarakat untuk menjaga kerahasiaan data pribadi dan tidak sembarang membagikan nomor HP atau alamat rumah di media sosial. Sementara itu, beberapa jasa pengiriman besar seperti J&T, SiCepat, dan JNE mengaku tengah meninjau ulang sistem verifikasi pengiriman COD.

"Kami menyarankan agar masyarakat menolak paket COD jika tidak merasa memesan. Jika merasa menjadi korban penipuan, segera laporkan ke pihak berwajib atau hubungi layanan pelanggan kami," ujar pernyataan resmi dari salah satu ekspedisi ternama.


Tips Menghindari Penipuan COD 

Selalu verifikasi isi dan pengirim sebelum menerima paket COD, jangan membayar sebelum memastikan Anda benar-benar memesan barang tersebut, lindungi data pribadi di internet, terutama di media sosial dan e-commerce, laporkan nomor-nomor pengirim mencurigakan ke pihak berwenang.


Kasus Agus hanyalah satu dari banyaknya korban dalam fenomena yang kini viral di media sosial dengan tagar #TolakCODIlegal. Masyarakat diharapkan semakin cerdas dan tidak mudah tergiur atau takut saat menghadapi modus penipuan seperti ini.

Jika Anda ingin artikel ini disesuaikan untuk media cetak, blog pribadi, atau postingan media sosial, silakan beri tahu saya.


Komentar