Postingan Utama

Yang Pingin Sate Legendaris Malang Dan Kopi Jadulnya, Kami Rekomendasikan Kini Sudah Ada Di Jakarta Timur

  Di kawasan Jakarta Timur sekarang banyak warung sate yang bisa dibilang “legendaris”,  warung warung yang telah bertahan puluhan tahun dan tetap digemari banyak orang. Salah satu yang terkenal adalah Warung Sate Haji Giyo berdiri sejak 1985, dikenal dengan sate kambing besar, daging empuk, dan bumbu kecap manis pedas yang khas. Lalu ada Sate Kambing Haji Nawi (sejak 1982), dengan potongan sate kambing tebal dan juicy, serta tersedia juga sate ayam bercita rasa tradisional. Jangan lupa Sate Blora Cirebon  menawarkan sate kambing maupun ayam dengan bumbu gurih khas, dan pilihan menu tambahan seperti tongseng, gulai, sampai sop kambing. Sate sate dari warung warung ini menarik karena dagingnya empuk, potongannya tebal, dan cita rasa bumbunya kuat. Cocok bagi kamu yang rindu “sate jadul” ala warung tradisional. Kalau kamu sekarang di Jakarta Timur, tempat tempat ini layak banget buat jadi tujuan makan malam atau nongkrong bareng teman atau keluarga. Kopi Jadul dari Malang K...

Fenomena Joki Strava Viral " Bayar Orang Demi Foto Keren, Warga Pertanyakan Tren Palsu ".

 


Dunia maya tengah dihebohkan dengan fenomena baru yang mengejutkan komunitas olahraga, khususnya pengguna aplikasi kebugaran Strava. Muncul praktik tak biasa yang dijuluki sebagai "joki Strava", di mana seseorang dibayar untuk bersepeda atau lari menggantikan pemilik akun, lengkap dengan sesi pemotretan agar terlihat aktif dan atletis di media sosial. tren ini mulai mencuat dari sebuah unggahan viral di platform X (sebelumnya Twitter), yang menunjukkan seorang "joki" tengah mengayuh sepeda di kawasan pegunungan sambil berpose untuk dokumentasi. Unggahan itu disertai keterangan: “Bayar 200 ribu, lo tinggal duduk manis, nanti akun Strava lo isinya track sepedahan 50 km dan foto-foto kece di spot estetik." (Mojokerto, 21 Juli 2025)


Warga Geleng-Geleng Kepala

Fenomena ini pun menuai reaksi beragam dari masyarakat. Banyak yang menyayangkan tren ini, menganggapnya sebagai bentuk pemalsuan gaya hidup sehat demi pencitraan.

Lucu aja sih, masa olahraga tapi dibayarin orang lain. Buat apa punya akun Strava kalau yang capek orang lain? ujar Aditya (27), seorang pesepeda asal Surabaya.

Kayaknya sekarang yang penting bukan sehat, tapi kelihatan keren di story,” tambahnya sambil tertawa.


Mengapa Mereka Melakukannya?

Motivasi di balik menyewa joki Strava ternyata cukup kompleks. Beberapa pelaku mengaku merasa tertekan oleh ekspektasi sosial di media digital, terutama di kalangan komunitas sepeda dan lari. Ada juga yang hanya ingin terlihat "aktif dan fit" saat reuni atau agar terlihat menarik di mata pasangan.

Capek sih sebenarnya, tapi teman-teman semua posting olahraga tiap hari, masa aku enggak? Jadi aku bayar aja orang buat sepedahan, terus minta fotoin juga,” aku seorang pengguna anonim di forum Reddit Indonesia.


Pandangan dari Psikolog

Psikolog klinis, Dr. Rika Maulani, menyebut fenomena ini sebagai bentuk “digital self-esteem gap,” di mana individu merasa perlu membentuk citra yang ideal di dunia maya meskipun bertolak belakang dengan realitas.

Ini mencerminkan betapa kuatnya tekanan sosial di era digital. Validasi dari likes dan komentar bisa menjadi candu, dan beberapa orang akhirnya rela mengeluarkan uang untuk mendapatkannya,” jelasnya.


Komunitas Strava Angkat Suara

Beberapa komunitas pengguna Strava mengecam keras fenomena ini, menyebutnya mencederai semangat kebugaran dan kejujuran.

Kami ingin komunitas ini jadi tempat saling mendukung dalam gaya hidup sehat, bukan ajang pencitraan palsu. Kalau kamu malu mengakui belum sempat olahraga, ya enggak usah pura-pura,” kata Dani, admin komunitas Strava East Java.


Kesimpulan :

Fenomena joki Strava menjadi cermin bagaimana media sosial dapat memengaruhi perilaku manusia, bahkan dalam hal yang seharusnya bersifat pribadi dan jujur seperti olahraga. Di tengah maraknya tren “kelihatan keren”, publik pun kini mulai bertanya: sampai kapan orang rela membayar demi validasi digital?

Komentar