Postingan Utama

Kabar Teknologi Dari Perusahaan Terbesar Di Asia Atau Tiongkok Akan "Peneliti Tiongkok Kembangkan AI Hemat Energi Terinspirasi Otak Manusia"

Gambar
  Para ilmuwan di Tiongkok, bekerja sama dengan mitra internasional, telah membuat terobosan dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang meniru prinsip kerja otak manusia untuk menghemat konsumsi energi. Teknologi ini dipandang sebagai salah satu kunci bagi masa depan AI yang lebih efisien dan berkelanjutan (Beijing, Tiongkok) Apa yang Baru dan Siapa yang Terlibat Tim ilmuwan dari Institute of Automation di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok serta SynSense AG dari Swiss menciptakan sebuah chip neuromorfik (mirip otak) yang dinamai “Speck”.  Chip ini mampu meniru neuron dan sinapsis, komponen dasar jaringan saraf biologis, dengan konsumsi daya istirahat (resting power) yang sangat rendah, hanya sekitar 0,42 miliwatt, serta daya nyata ketika aktif sekitar 0,70 miliwatt.  Peneliti menyebut bahwa otak manusia secara keseluruhan memproses jaringan saraf yang kompleks hanya dengan daya sekitar 20 watt, sangat jauh dibandingkan sistem AI umum saat ini.  Cara Kerja Penelit...

Sosok Inspiratif Dari "Kisah Perjuangan Pustakawan Yang Rela Jauh Dari Keluarga Demi Buku"

 


Di sebuah kota kecil di ujung timur negeri, ada seorang pustakawan bernama Rahma. Sejak kecil ia sudah jatuh cinta pada buku. Baginya, buku bukan sekadar lembaran kertas, melainkan jendela yang membawanya mengenal dunia, meski ia lahir di kampung sederhana.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di perpustakaan dan informasi, Rahma mendapat tawaran pekerjaan sebagai pustakawan di sebuah daerah pelosok. Tempat itu jauh dari kampung halamannya, bahkan membutuhkan dua kali perjalanan bus dan satu kali menyeberang laut. Saat itu, hatinya bimbang: ia harus meninggalkan orang tua yang sudah menua dan adik-adiknya yang masih membutuhkan perhatian. Namun, di sisi lain, ia sadar bahwa kesempatan itu adalah jalan untuk mengabdikan diri dan mewujudkan cita-citanya.

Dengan doa orang tua, Rahma berangkat. Hidup di tanah baru tidaklah mudah. Ia harus menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda, jauh dari hiruk pikuk kota, dan sering menahan rindu yang mencekik di malam hari. Tidak jarang, ia menangis diam-diam ketika melihat foto keluarganya.

Namun semangatnya selalu kembali ketika melihat wajah anak-anak di perpustakaan. Setiap hari, Rahma menyusun buku, mengajarkan cara membaca, bahkan membuat kegiatan dongeng sederhana agar anak-anak mau datang. Bagi banyak anak di sana, buku adalah hal asing. Perlahan, kehadirannya mengubah suasana: perpustakaan yang dulu sepi kini mulai ramai dengan tawa, rasa ingin tahu, dan mimpi-mimpi baru.

"Kalau tidak ada Kak Rahma, mungkin saya tidak akan tahu cerita-cerita dunia," ujar seorang anak dengan polosnya. Kalimat itu membuat semua letih Rahma terbayar lunas.

Perjuangan seorang pustakawan bukan hanya soal menjaga buku, tapi juga menjaga harapan. Meski jauh dari keluarga, Rahma menemukan "keluarga baru" di mata para pembaca kecil yang haus ilmu. Ia percaya, suatu hari nanti, anak-anak itu akan tumbuh menjadi orang-orang yang membawa perubahan, dan buku akan menjadi bagian dari perjalanan mereka.

Bagi Rahma, rindu memang berat. Namun, pengabdian dan cinta pada ilmu membuatnya kuat. Karena menjadi pustakawan bukan hanya pekerjaan, melainkan panggilan hati: mengabdi untuk pengetahuan, meski harus mengorbankan jarak dan kenyamanan.

Komentar

Post Populer

Kabar Dari Demo Menyimpan Enam Fakta Kunci Di Balik Kesuruhan Yang Terjadi Pada Agustus 2025

Kisah Di Balik Cerita " Awal Mula Sampai Sekarang Berdirinya Bangunan Museum Von Gogh Kini Terancam Tutup Serius!"

Ucapan adalah Cerminan Diri