Informasi Dari Pemikiran Juga Tantangan Menghadapi Tidak Stabilnya Suatu Negara, Kami Punya Solusi " Dua Belas Solusi Menghadapi Situasi Politik dan Negara yang Tidak Stabil agar Tetap Waras"

Kisah ini tidak hanya soal siapa yang lebih kuat di medan perang atau lebih lihai di meja perundingan, melainkan juga soal visi dan cara mereka menata daerah jajahannya.
Belanda (Rempah sebagai Harta, Rakyat sebagai Beban)
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) berdiri pada 1602 dengan monopoli perdagangan rempah di Asia. Orientasi Belanda sederhana: mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Maka, rakyat jajahan dijadikan alat produksi. Sistem tanam paksa, monopoli perdagangan, hingga kerja rodi menjadi wajah kelam penjajahan Belanda di Nusantara.
Belanda membangun benteng, gudang, dan pelabuhan, tetapi sebagian besar untuk kepentingan militer dan dagang mereka. Pembangunan yang bermanfaat luas bagi masyarakat jajahan nyaris minim. Bahkan, pendidikan hanya terbatas pada kalangan tertentu demi melahirkan pegawai rendah yang membantu jalannya administrasi kolonial.
Inggris (Kolonisasi dengan Sentuhan Sistem)
Inggris datang belakangan, tetapi cara mereka mengelola wilayah jajahan berbeda. Di India misalnya, East India Company bukan hanya menguasai perdagangan, tetapi juga menata administrasi, sistem hukum, dan infrastruktur. Jalan raya, rel kereta api, serta pelabuhan besar dibangun bukan semata untuk Inggris, tetapi kelak menjadi fondasi modernisasi di India.
Selain itu, Inggris memberi ruang pada lapisan elite pribumi untuk mengenyam pendidikan Barat. Lahirnya tokoh-tokoh terpelajar India yang kemudian menjadi motor gerakan kemerdekaan tak lepas dari kebijakan ini. Sistem hukum Inggris yang tertulis, walau berpihak pada kolonial, tetap meninggalkan kerangka yang kelak dipakai dalam tata hukum modern di bekas jajahannya.
Sebuah Perbandingan yang Kontras
Jika Belanda menutup rapat peluang rakyat jajahan untuk berkembang, Inggris justru “menyisakan celah”. Celah inilah yang memungkinkan daerah jajahan Inggris berkembang lebih cepat setelah merdeka. India, Singapura, hingga Malaysia, meski sama-sama pernah menderita di bawah kolonialisme, berhasil memanfaatkan peninggalan sistemik itu sebagai pijakan modernisasi.
Sebaliknya nusantara yang lama dijajah Belanda harus memulai banyak hal dari nol setelah merdeka. Infrastruktur terbatas, pendidikan sangat sempit, dan kesenjangan sosial begitu lebar. Semua ini adalah warisan dari pola penjajahan yang lebih menindas dan tertutup.
Sepotong Refleksi
Kisah ini menyimpan ironi. Inggris dan Belanda sama-sama menjajah demi keuntungan bangsanya, tetapi pendekatan mereka melahirkan dampak yang berbeda pada bangsa terjajah. Inggris, dengan segala kekejamannya, tanpa sengaja meninggalkan “benih” pembangunan. Belanda, dengan monopoli ketatnya, justru meninggalkan lahan gersang yang butuh kerja keras luar biasa untuk dipulihkan.
Dari sepenggal cerita ini, kita bisa memahami mengapa bekas jajahan Inggris seperti India dan Singapura melesat lebih cepat dibanding Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Sejarah memberi pelajaran bahwa cara sebuah bangsa dikelola akan sangat menentukan masa depannya, bahkan ketika penjajahan telah lama berakhir.
Komentar
Posting Komentar