Informasi Dari Pemikiran Juga Tantangan Menghadapi Tidak Stabilnya Suatu Negara, Kami Punya Solusi " Dua Belas Solusi Menghadapi Situasi Politik dan Negara yang Tidak Stabil agar Tetap Waras"

Fenomena ini melanda sejumlah kota besar, terutama Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Para korban mengaku menerima paket COD tanpa tahu siapa pengirimnya dan apa isi paket tersebut. Anehnya, nama, alamat, hingga nomor telepon korban tertulis dengan lengkap dan akurat pada label pengiriman. salah satu korban, Agus (38), warga Jakarta Timur, mengaku sudah menerima lebih dari 15 paket dalam seminggu, dengan total tagihan mencapai lebih dari Rp5 juta. "Awalnya saya pikir ada teman atau keluarga yang kirim hadiah. Tapi setelah dicek, isinya barang-barang aneh dan tidak saya pesan. Saya menolak bayar, tapi kurir tetap datang berkali-kali," ujarnya.
Lebih mencengangkan, Agus menduga identitas pribadinya telah bocor dan disebarkan secara tidak sah di internet, yang mengarah pada praktik doxing – yaitu tindakan mempublikasikan data pribadi seseorang tanpa izin untuk tujuan merugikan. Ia kini tengah mempertimbangkan langkah hukum.
Modus Penipuan Baru Lewat COD
Menurut pengamat keamanan siber, maraknya penipuan COD ini bisa jadi merupakan modus baru dari sindikat online yang memanfaatkan kelemahan sistem logistik. "Penjual fiktif hanya butuh alamat dan nomor HP korban untuk mengirimkan paket COD. Jika korban panik dan tetap membayar, uang itu langsung mengalir ke rekening penjual palsu," jelas Damar Prasetyo, konsultan teknologi informasi.
Banyak korban akhirnya menolak menerima paket, namun sayangnya tidak semua kurir memiliki kebijakan yang fleksibel untuk pengembalian. Beberapa bahkan mengaku terpaksa membayar karena takut didaftarkan sebagai 'penerima bermasalah' oleh jasa ekspedisi.
Imbauan dari Pemerintah dan Pihak Ekspedisi
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengingatkan masyarakat untuk menjaga kerahasiaan data pribadi dan tidak sembarang membagikan nomor HP atau alamat rumah di media sosial. Sementara itu, beberapa jasa pengiriman besar seperti J&T, SiCepat, dan JNE mengaku tengah meninjau ulang sistem verifikasi pengiriman COD.
"Kami menyarankan agar masyarakat menolak paket COD jika tidak merasa memesan. Jika merasa menjadi korban penipuan, segera laporkan ke pihak berwajib atau hubungi layanan pelanggan kami," ujar pernyataan resmi dari salah satu ekspedisi ternama.
Tips Menghindari Penipuan COD
Selalu verifikasi isi dan pengirim sebelum menerima paket COD, jangan membayar sebelum memastikan Anda benar-benar memesan barang tersebut, lindungi data pribadi di internet, terutama di media sosial dan e-commerce, laporkan nomor-nomor pengirim mencurigakan ke pihak berwenang.
Kasus Agus hanyalah satu dari banyaknya korban dalam fenomena yang kini viral di media sosial dengan tagar #TolakCODIlegal. Masyarakat diharapkan semakin cerdas dan tidak mudah tergiur atau takut saat menghadapi modus penipuan seperti ini.
Jika Anda ingin artikel ini disesuaikan untuk media cetak, blog pribadi, atau postingan media sosial, silakan beri tahu saya.
Komentar
Posting Komentar